Jumat, 01 Mei 2009

RUMAH MINIMALIS


Dipenghujung tahun 1990a muncul tren rumah baru di Indonesia, Rumah berlanggam/gaya mininalist. Gaya minimalis sebenarnya adalah bagian dari arsitektur modern yang dipelopori oleh langgam International style, gerakan architect awal abad ke 20 (tahun: 1920an) yang dipelopori oleh Walter gropius, ada 3 prinsip dasar arsitekur modern : the expression of volume rather than mass, balance rather than preconceived symmetry and the expulsion of applied ornament ( Henry-Russell Hitchcock and Philip Johnson).

Gaya minimalis identik dengan meminimalisir semua elemen-elemen bangunan yang tidak fungsional dan me'reduce' se optimal mungkin hal-hal yang membuat suatu rumah/bangunan jadi tidak efisien. Efisien dalam hal penggunaan material, pengaturan ruang dan pemeliharaan, hal yang terakhir sering dilupakan.

Pada perkembangannya semangat-semangat / roh yang seharusnya dimiliki oleh rumah berlanggam arsitektur minimalis sering diabaikan. Para pengembang yang getol mengklaim memakai rancangan rumah minimalis sering terjebak pada fasade (tampak depan) rumah saja, itupun tidak benar-benar minimalis karena banyak sekali menggunakan ornamen ukiran horizontal memanjang pada dinding, yang pasti mahal (boros), tidak efisien membutuhkan waktu lama dan rumit serta tidak fungsional dalam pembuatannya. awalnya bermaksud bergaya minimalis, tapi kumpulan minimalis yang tidak komprehensif dan setengah-setengah tidak nyambung dan copot sana sini ide fasade pada desain menjadikannya maksimalist.

International style (ibu dari arstitektur modern menuju ke langgam minimalist) yang pada awalnya digagas di eropa, mentah-mentah di adopsi oleh kita yang notabene iklimnya yang berbeda, saya mulai mengamati rumah-rumah yang 'katanya' bergaya minimalist mulai jamuran dinding / fasadenya dikarenakan tidak mempunyai kanopi, yang membuat cost untuk perawatan tinggi, minimal mencatnya sekali setahun belum lagi akibat bocor, saya tidak bisa bayangkan betapa tingginya perawatan rumah ''minimalist'' yang salah tempat itu. belum lagi efek yang panas yang ditimbulkannya dalam ruangan, dinding bersentuhan langsung dengan sinar matahari, yang mengakibatkan meningkatnya permintaan AC yang akan bergesekan dengan isu global warming..hmm.....tragis memang.

Nenek moyang kita dengan naluri dan rasa yang terasah dari alam dan budayanya telah menciptakan rumah-rumah tropis yang ramah lingkungan dan nyaman ditempati. Kita memang tidak akan bisa lagi mengaplikasikan 100% rumah-rumah tradsional tersebut tapi kita bisa mengambil "roh" atau semangat bagaimana bersahabat dengan alam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar